Di tengah pusaran sejarah politik Indonesia, Gus Dur muncul sebagai sosok yang unik dan kontroversial. Video dokumenter ini menelusuri pemikiran dan tindakan Abdurrahman Wahid, yang menambatkan seluruh hidupnya pada satu hal yang jarang dibela politisi: Kemanusiaan Universal.
Dari santri yang gemar membaca filsafat Barat hingga memimpin Nahdlatul Ulama, Gus Dur selalu memilih jalur kritis, cair, dan humanis. Ketika memimpin NU, ia berani mendorong organisasi keluar dari politik praktis, meyakini bahwa kekuatan moral lebih penting daripada kursi kekuasaan, dan berfungsi paling penting: membela rakyat kecil.
Tonton bagaimana Gus Dur menjadi "pelindung" di masa gelap Orde Baru. Ia berani membela komunitas Tionghoa, mengkritik pelanggaran HAM, dan menolak pembungkaman—ia tidak mencari aman, ia mencari adil.
Ketika menjabat sebagai Presiden ke-4 RI (1999), keberpihakannya semakin terang. Ia mencabut larangan budaya Tionghoa (menjadikan Imlek libur nasional), membubarkan Departemen Penerangan, hingga mencoba menyelesaikan konflik Papua dengan dialog, bukan senjata.
Seperti ia pernah berkata: “Negara itu ada untuk rakyat, bukan rakyat untuk negara.”
Ketahui bagaimana kompas moralnya justru membawanya pada proses pelengseran yang kontroversial, namun membuatnya semakin menjadi milik rakyat. Gus Dur telah menjalankan bagiannya. Pertanyaannya, apakah kita sudah menjadi bangsa yang ia impikan?
Setelah menonton, mari kita jawab pertanyaan yang ia wariskan: Apakah kemanusiaan masih menjadi kompas kita, atau sudah kita tukar dengan kepentingan? Tuliskan pandangan Anda di kolom komentar di bawah! Momen Gus Dur mana yang paling Anda ingat dan menginspirasi?
Jika Anda terinspirasi oleh kisah perjuangan moral Gus Dur dan menghargai konten sejarah mendalam seperti ini, jangan lupa: SUBSCRIBE dan nyalakan notifikasi! LIKE video ini! SHARE agar semangat Gus Dur terus hidup dan menjadi pengingat bagi bangsa ini.
Penulis Naskah Thoriq A. Taqiyuddin
Editor Ikhwan F. Mauzin
